Jumat, 16 Maret 2012

contoh Skripsi PAI


PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA

(Studi Deskriftip Terhadap Siswa Kelas VI SDN Sakawayana II
 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)


SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS)
Siliwangi Garut





Disusun Oleh:
Asep Yana Mulyana
NIM. 05.SI.3094


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIS)
SILIWANGI GARUT
2009 M / 1430 H

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA

(Studi Deskriftip Terhadap Siswa Kelas VI SDN Sakawayana 02
 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)


Skripsi ini disetujui untuk dimunaqosahkan:

Menyetujui

Pembimbing I





DrsTeddy SK.M.Pd.
Pembimbing II





H.Muslih Qurtubi,M.Ag


Mengetahui

Pembantu Ketua I
Bidang Akademik




............................................

Ketua Jurusan PAI





..................................................



Ketua STAI Siliwangi Garut





H.Muslih Qurtubi,M.Ag.




LEMBAR PENGESAHAN


Skripsi yang berjudul: “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA(Studi Deskriftip Terhadap Siswa Kelas VI SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut), telah diuji pada Sidang Munaqosah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS) Siliwangi Garut pada tanggal .... ............ 2012 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah.

Garut, 07 ..................2012

Sidang Munaqosah,

Ketua






H.Muslih Qurtubi,M.Ag.
Sekretaris






...................................................



Anggota

Penguji I






(…………………………………..)
Penguji II






(…………………………………..)






IKHTISAR


Asep Yana Mulyana, Peranan guru pendidikan agama islam Dalam pembinaan akhlak siswa(Studi Deskriftip Terhadap Siswa Kelas VI SDN Sakawayana 02  Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)

Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, kepada Allah SWT., serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyara-kat, berbangsa, dan bernegara. Keberhasilan pendidikan tentu saja tidak seratus persen tangung jawab guru agama saja, namun perlu adanya kerja sama dengan komponen lain seperti pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Berdasarkan pengamatan awal penulis menyimpulkan bahwa dari sekian siswa SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut hanya sebagian saja yang masih memiliki moral dan akhlak yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlaqul karimah siswa, mengetahui materi dan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan meningkatkan akhlaqul karimah, dan mengetahui Faktor pendukung dan penghambat terhadap pelaksanaan meningkatkan akhlaqul karimah di SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut
Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun yang dimaksud metode deskriptif adalah mengungkapkan dan menafsirkan dari data yang sedang diteliti untuk mencari gambaran yang lebih jelas dan di dalamnya memusatkan perhatiannya kepada upaya guru Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar dalam meningkatkan akhlaqul karimah siswa. Sedangkan teknik-teknik untuk mengumpulkan data adalah: angket tertutup, wawancara, studi kepustakaan, dan observasi.
Upaya yang dilakukan  oleh Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut dalam meningkatkan akhlaqul karimah siswa sangat baik, seperti terlihat dari prosentase hasil angket rata-rata 81,75 % yang tertuang dalam bentuk tabel.
Keberhasilan peningkatan akhlaqul karimah di kalangan siswa dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor penghambat. Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa pelaksanaan pembinaan peningkatan akhlaqul karimah siswa SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut cenderung baik, akan tetapi perlu adanya peningkatan dan dukungan dari semua pihak.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW., keluarganya serta umatnya sampai hari kiamat.
Berkat rahmat serta Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “ PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA (Studi Deskriftip Terhadap Siswa Kelas VI SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi suatu syarat dalam menyelesaikan studi Program S-1 pada Fakultas Tarbiyah STAI Siliwangi Garut. Penulis menyadari bahwa dalam penusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan, baik segi telaah maupun dari segi materinya. Dengan adanya kekurangan ini mudah-mudahan menjadi dorongan bagi penulis untuk mengembangkannya.
Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas bantuan, saran, dan bimbingan yang telah diberikan selama penulisan Skripsi ini kepada yang terhormat:
1.      Bapak ............................... sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Islam Siliwangi Garut.
2.      ........................................... sebagai Ketua STAI Siliwangi Garut, yang mempunyai perhatian besar terhadap kualitas pendidik di daerah yang ingin maju dan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dalam dunia pendidikan.
3.      Drs. Teddy SK.M.Pd.., Sebagai Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan sangat membantu dalam penyelesaian Skripsi ini
4.      H.Muslih Qurtubi,M.Ag, sebagai Pembimbing II, yang membantu dalam penyelesaian skripsi serta cara-cara menempuh program S1.
5.      Ibu Kepala SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut beserta seluruh staf pendidiknya yang ikut terlibat dalam penelitian.
6.      Kepada yang tercinta Ayah Bundaku dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dan dorongan moril selama penulis mengikuti perkuliahan dan penyusunan Skripsi ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Dan yang terpenting semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Amin Ya Robal Alamin

Garut, ....................

Penulis

DAFTAR ISI

Ikhtisar  ............................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii
Halaman Persetujuan .......................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................. vi
Daftar Tabel ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................  1
A.    Latar Belakang Masalah .........................................................................  1
B.     Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................................  4
C.     Tujuan Penelitian ....................................................................................  5
D.    Kegunaan Penelitian ..............................................................................  5
E.     Kerangka Pemikiran ...............................................................................  6
F.     Analisis Data ..........................................................................................  8
BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................  10
A.    Peranan Guru  .........................................................................................  10
  1. Pendidikan Agama Islam .......................................................................  11
1.      Pengertian ........................................................................................  11
2.      Karakteristik Pendidikan Agama Islam ...........................................  13
3.      Tujuan Pendidikan Agama Islam .....................................................  16
4.      Fungsi Pendidikan Agama Islam .....................................................  16
5.      Pendekatan Pendidikan Agama Islam .............................................  17
6.      Ruang Lingkup ................................................................................  19
7.      Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ...........................................  20
8.      Standar Kompetensi Rumpun Pelajaran ..........................................  20
9.      Standar Kompetensi Mata Pelajaran ................................................  21
C.    Akhlak   ..................................................................................................  22

a.       Pengertian Akhlak ............................................................................  22

b.      Sumber akhlak ..................................................................................  24

c.       Hikmah Pendidikan Akhlak Terhadap Anak Didik .........................  24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................  28
A.   Metode dan Teknik Penelitian ...............................................................  28
B.    Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................................  30
C.    Prosedur Penelitian .................................................................................  30
D.   Analisis Data ..........................................................................................  34
E.    Kondisi Objektif SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong
Kabupaten Garut ...................................................................................  35
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ..........................................  37
A.    Pengolahan dan Pembahasan Hasil Penelitian .......................................  37
1.      Pengolahan Data ..............................................................................  37
2.      Hasil Pengolahan Data .....................................................................  37
3.        Analisa Data ....................................................................................  52
B.     Faktor Pendukung dan Penghambat ......................................................  64
1.      Faktor Pendukung ............................................................................  64
2.      Faktor Penghambat ..........................................................................  65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................  66
A.    Kesimpulan ............................................................................................  66
B.     Saran     .................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Skema 1. Paradigma Penelitian ..........................................................................
Tabel 1.1. Pedoman Penafsiran ..........................................................................
Tabel 3.1. Pedoman Penafsiran
Tabel 3.2. Keadaan Siswa
Tabel 3.3. Keadaan Tenaga Pengajar
Tabel 4.1. Perasaan Siswa Mengikuti Pelajaran Agama
Tabel 4.2. Perlu dan Tidaknya Pelajaran Agama Menurut Responden
Tabel 4.3. Perasaan Responden Jika Guru Agama Tidak Hadir Karena Sakit
Tabel 4.4. Pandangan Responden Terhadap Pelajaran Agama
Tabel 4.5. Guru Agama Datang ke Sekolah Tepat Waktu
Tabel 4.6. Guru Agama Selalu Berpakaian Sopan
Tabel 4.7. Sebelum dan Sesudah Belajar Selalu Berdo’a
Tabel 4.8. Mengucapkan Salam Sebelum dan Sesudah Belajar
Tabel 4.9. Membaca Surat Pendek Sebelum dan Sesudah Belajar
Tabel 4.10. Tanggapan Responden Tentang Adanya Mushala
Tabel 4.11. Adanya Tambahan Belajar atau Les Iqra
Tabel 4.12. Guru Suka Menyuruh Mengerjakan Shalat Berjama’ah
                    di Masjid Atau Mushala
Tabel 4.13. Konsultasi Tentang Kegiatan Mengaji Anak di Rumah
Tabel 4.14. Sikap Responden Terhadap Bahasa Guru Ketika Berinteraksi
       dengan siswa
Tabel 4.15. Peran Guru Agama dalam Mengecek Anak Dalam Kegiatan
                    Pengajian atau Kuliah Subuh
Tabel 4.16. Kesadaran Siswa Dalam Mengakui Kesalahan Sendiri dan
                   Hal Tersebut Merupakan Perbuatan Dosa
Tabel 4.17. Peran Orang Tua dalam Menyuruh Anaknya Shalat
Tabel 4.18. Peran Orang Tua Dalam Memberikan Contoh Ibadah Shalat
Tabel 4.19. Sikap Mencontoh Teladan Guru Dalam Berbuat Baik
Tabel 4.20. Frekwensi Siswa Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu ..........
Tabel 4.21. Motivasi Siswa Dalam Melaksanakan Shalat Fardlu
Tabel 4.22. Kepatuhan Siswa Bila Diperintah Orang Tua
Tabel 4.23. Motivasi Siswa Patuh Kepada Orang Tua
Tabel 4.24. Freqwensi Siswa Dalam Mendo’akan Orang Tua
Tabel 4.25. Kebiasaan Siswa Bila Berbicara Dengan Orang yang Lebih Tua ...
Tabel 4.26. Kegiatan Siswa Dalam Peringatan Maulid Nabi SAW
Tabel 4.27. Yang Dilakukan Siswa Bila Bertemu Guru
Tabel 4.28. Yang Dilakukan Siswa Bila Bertamu




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Palsafah hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Didalamnya termuat dasar pokok yang fundamental. Satu diantaranya disebutkan bahwa sila kedua adalah “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjungjung tinggi budi pekerti. Yakni bangsa yang mengakui persamaan derajat sesama manusia, saling mencintai, tenggang rasa, tidak sewenang-wenang, berani membela kebenaran dan keadilan serta saling menghormati dan sebagainya.
Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru agama sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu profesionalisme dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas salah satu upayanya adalah melalui jalur pendidikan agama di sekolah umum, khususnya Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, kepada Allah SWT., serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyara-kat, berbangsa, dan bernegara.
Dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia yang tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar, mampu membaca dan memahami Al-Qur’an, mampu beribadah dan ber-muamalah dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.
Standar Kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diharapkan oleh lulusan sekolah dasar di atas, diantaranya siswa berakhlaq mulia atau berbudi pekerti yang luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.
Jika memperhatikan Standar Kompetensi tersebut yang merupakan salah satu tujuan salah satu tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar, maka guru Pendidikan Agama Islam mempunyai upaya yang penting dalam mendidik dan memberikan tauladan kepada siswa, sehingga siswa mempunyai akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan demikian upaya akhlaq di suatu bangsa atau kelompok sangat berpengaruh terhadap citra kelompok itu sendiri. Sehingga berbagai bentuk kerusakan dan kekacauan akibat dari buruknya akhlaq suatu bangsa dapat ditekan,


sebagaiman firman Allah SWT, dalam QS. Ar-Rum: 41, sebagai berikut:
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Tujuan Pendidikan Agama Islam yang kita harapkan dapat mewujudkan manusia yang berkualitas dan memiliki akhlak yang mulia, tentu merasa bangga dan optimis jika hal itu dapat tercapai, tetapi di sisi lain, kemerosotan moral/akhlak siswa dewasa ini sunguh sangat memprihatinkan. Kejadian-kejadian kriminalitas setiap hari, setiap menit dapat kita saksikan di televisi, ini menggambarkan betapa rusaknya ahlak bangsa ini.
Dari tuntutan tujuan Pendidikan Agama Islam serta komptensi dasar tersebut, keberhasilannya tentu saja tidak seratus persen tangung jawab guru agama saja, namun perlu adanya kerja sama dengan komponen lain seperti pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Kemerosotan moral/ akhlak di tingkat sekolah dasar pun telah terlihat dalam pergaulan sehari-hari, baik dalam berbicara, bertindak, dan cara berkomunikasi dengan teman sebaya, guru, maupun dengan orang tua sungguh sangat memprihatinkan. Demikian pula halnya siswa-siswi di lingkungan SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut, siswa-siswinya sudah mulai terlihat gejala ada kemerosotan akhlak, terutama anak yang berasal dari keluarga yang kurang perhatian orang tuanya atau anak yang berasal dari keluarga yang lingkungannya tidak islami. Dari sekian siswa SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut hanya sebagian saja yang masih memiliki moral dan akhlak yang baik.
msotw9_temp0Sementara itu Islam sebagai Agama mayoritas bangsa Indonesia sangat memuliakan budi pekerti. Sejalan dengan itu sangat tepat jika kerasulan Muhammad adalah menyempurnakan akhlak, sebagaimana hadits yang menyatakan :


msotw9_temp0“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak (budi pekerti).
 (                   )
Hal ini yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang ” Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa (Studi Deskriftip Terhadap Siswa Kelas VI SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)”.

B.     Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi persoalan hanya kepada seperti tersebut dibawah ini :
1.      Bagaimana pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di SDN Sakawayana 02 Kelas VI?
2.      Bagaimana gambaran akhlak siswa  SDN Sakawayana 02 Kelas VI sebagai dampak dari pendidikan Agama Islam yang diikutinya?
3.      Bagaimana peranan Guru PAI dalam membina akhlak siswa?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Sakawayana 02 Kelas VI.
2.      Untuk mengetahui gambaran akhlak siswa  SDN Sakawayana 02 Kelas VI sebagai dampak dari hasil pengajaran Pendidikan Agama Islam yang diikutinya.
3.      Untuk mengetahui peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa

D.    Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum berguna untuk memberikan dasar atau fondasi terhadap tindak serta keputusan dalam segala aspek perkembangannya. (Moh. Nazir,1988:2). Sedangkan secara khusus penelitian ini berguna:
1.       Untuk Peneliti: dengan adanya penelitian ini hendaknya memperoleh pengalaman belajar langsung dalam penelitian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina siswa. Dengan demikian penulis mengetahui faktor-faktor apa saja pendukungnya, serta kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambatnya dan bagaimana cara penanggulangannya.
2.       Untuk Pengembangan Ilmu: melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat baik secara praktis, maupun secara teoritis.
3.       Untuk Guru Pendidikan Agama Islam: hasil penelitian ini dapat diperoleh input mengenai cara penanggulangan dalam membina akhlak siswa di tingkat SD atau sederajat dan menunjang kegiatan pembelajaran selanjutnya.
4.       Bagi Orang Tua: diharapkan dengan penelitian ini dapat mengetahui keadaan sikap/ akhlak anaknya di luar lingkungan sekolah, serta dapat memberikan dorongan serta motivasi dalam mendidik anak-anaknya.
5.       Bagi Lembaga (STAI): dengan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kepentingan akademis, khususnya di lingkungan STAI, serta sebagai bahan perbandingan dan dasar penelitian lebih lanjut dan lebih luas di masa yang akan datang.

E.     Kerangka Pemikiran
1.      Anggapan Dasar
Suatu hal yang bersifat ilmiah tentu memiliki Anggapan Dasar sebagai titik tolak pemikiran, demikian pula dalam penelitian ini, penulis menetapkan dasar-dasar yang tersirat dalam Al-Qur'an dan Sunnah yang berhubungan dengan keutamaan dan Peranan akhlak bagi kehidupan manusia di muka bumi secara umum dan khususnya bagi akhlaqul karimah bagi siswa sebagai penerus generasi sekarang.
Kita mengharapkan bahwa generasi yang akan datang lebih baik dari generasi sekarang, itulah yang dinamakan kemajuan, tetapi kalau tidak kehancuranlah yang akan terjadi, seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Umar RA, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
اِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنُكُمْ أَخْلأ قًأ (متفق عليه)
Artinya: “Sesungguhnya dari sebagian kebaikan diantara kamu sekalian adalah yang paling baik akhlaknya.”
Hal ini menunjukan bahwa Peranan Guru untuk peningkatan akhlak harus dimulai sedini mungkin, mengingat penanaman keimanan yang akan melahirkan akhlak mulia di pendidikan formal yang bermula dari Sekolah Dasar (SD).
2.      Pertanyaan Penelitian
Melalui pertanyaan penelitian ini, penulis bertujuan ingin mendapatkan data-data yang sistematis. Mengingat sangat luasnya lapangan penelitian skripsi ini, maka penulis membatasinya. Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa peranan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Cisitu Kec. Malangbong Kab. Garut dalam membina akhlak siswa?
2.      Bagaimana gambaran akhlak siswa  SDN Sakawayana 02 Kelas VI sebagai dampak dari pendidikan agama Islam yang diikutinya?
3.      Bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Sakawayana 02 Kelas VI?








Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 1
Paradigma Penelitian

 






















F.     Analisis Data
Dari hasil penelitian, dianalisa secara kuantitaif dengan perhitungan persentase untuk meneliti data secara totalitas. Dengan demikian penulis menggunakan satu rumus prosentase, sebagai berikut:
 X 100 %
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
Selanjutnya untuk mempermudah dalam penafsiran data yang telah diterjemahkan dalam prosentase, maka penulis menetapkan pedoman penafsiran sebagai berikut:
Tabel 1.1
Pedoman Penafsiran
No
Frekuensi
Penafsiran
1
0 %
Tidak  sama sekali
2
1 – 20 %
Sebagian kecil
3
21 – 49 %
Hampir setengahnya
4
50 %
Setengahnya
5
51 – 75 %
Sebagian besar
6
76 – 99 %
Hampir seluruhnya
7
100 %
Seluruhnya



BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.    Peranan Guru
Dalam dunia pendidikan, Guru adalah salah satu faktor tercapainya keberhasilan suatu tujuan yang diharapkan. Tanpa adanya sosok Guru dalam proses pembelajaran mustahil tujuan yang diharapkan akan terwujud. Menurut Muwardi Sutejdo, (1998: 118):
“Guru adalah pendidik formal. Guru adalah pelaksana kegiatan dalam menanamkan nilai dan norma pendidikan. Guru yang baik bukan hanya ahli dalam ilmu yang diajarkannya, karena tugas Guru tidak terbatas pada mengajarkanmata pelajaran saja, tetapi meliputi tugas mendidik kepribadian kepada siswa”.

Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI pasal 39 dan 40 (2003: 20 – 21):
Sebagai tenaga profesional, Guru harus mampu mengemban tugas dengan sebaik-baiknya, agar keberhasilan tujuan pembelajaran dapat tercapai dalam rangka pembentukan pribadi peserta didik yang beriman dan bertakwa terhadap Allah SWT dan memiliki akhlak yang mulia atau berbudi pekerti yang luhur. Oleh karena itu dalam tugas kesehariannya Guru harus dapat memaksimalkan kemampuannya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik.
1.      Kewajiban Guru atau Pendidik
Pendidik atau Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a.        Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,dinamis, dan dialogis.
b.       Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan
c.        Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
2.      Persyaratan Guru Agama
Selain kewajiban di atas seorang Guru atau pendidik harus memiliki persyaratan-persyaratan, seperti menurut pendapat Muwardi Sutedjo, dkk (1998:118) yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Agama, bahwa persyaratan seorang Guru Agama adalah sebagai berikut:
a)      Memiliki pribadi muslim, mukmin, dan mukhsin.
b)      Taat menjalankan agama (menjalankan syariat Islam, dapat memberi contoh teladan yang baik kepada anak didiknya).
c)      Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya.
d)     Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keGuruan.
e)      Menguasai ilmu pengetahuan agama.
f)       Tidak  mempunyai cacat rohaniyah dan jasmaniyah dalam dirinya.
Persyaratan di atas mutlak harus dimiliki oleh seorang Guru, baik umum atau Guru agama dalam rangka membimbing dan mendidik peserta didik ke arah yang lebih baik, sehingga out put yang dihasilkan benar-benar berkualitas sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan yang kita dambakan.

B.     Pendidikan Agama Islam
1.      Pengertian
Sebelum menguraikan tentang pengertian khusus tentang pendidikan agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menguraikan pengertian secara umum tentang pendidikan. Mengenai pengertian ini sudah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang pendidikan.
Menurut Ahmad D. Marimba (1992:20) mengatakan bahwa: “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani si anak dan untuk rohani terdidik menuju kepribadian yang utama”.
Kemudian menurut HM. Arifin (1975:14) mengemukakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa secara sadar untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan yang mendasar dalam diri anak didik, baik dalam bentuk pendidikan sekolah maupun di luar sekolah.”
Secara garis besar dari uaraian di atas, memberi gambaran bahwa pendidikan mempunyai sifat pengaruh dan mempengaruhi dengan bentuk perlindungan serta bantuan antara pendidik dan si terdidik dalam rangka merespons sikap dan potensi anak menuju munculnya sikap kedewasaan yang terdapat pada diri anak didik tersebut.
Kemudian pengertian Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta (2002:2) adalah sebagai berikut:
“Pendidikan Agama Islam adalah Peranan sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber yang utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa”.
Pengertian di atas, menunjukan penjabaran dari pengertian pendidikan agama yang terdapat di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:16), yaitu: “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami  dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/atau menjadi ahli agama”.
Selanjutnya pengertian khusus tentang Pendidikan Agama Islam menurut Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (2004:2): “Pendidikan Agama Islam adalah merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan.”
Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya merupakan sebuah proses dalam perkembangan sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perGuruan tinggi. Jadi berbicara tentang Pendidikan Agama Islam, maka dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu sebagai sebuah proses penanaman nilai-nilai ajaran agama Islam, maupun sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses itu sendiri.
2.      Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Sebagai mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau bahan kajian Pendidikan Agama Islam memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata pelajaran lain. Karakteristik tersebut adalah:
  1. PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam Islam. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak  dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran lain, yang bertujuan mengembang-kan moral dan kepribadian peserta didik.
  2. Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam, sehingga memadai, baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
  3. Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada:
1)      Menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik.
2)      Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di madrasah atau sekolah.
3)      Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan inovatif.
4)      Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
  1. Pendidikan Agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam, akan tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial).
  2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bukan hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.
  3. Isi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW (dalil naqli). Disamping itu materi Pendidikan Agama Islam juga diperkaya dengan hasil-hasil istimbath atau ijtihad (dalil naqli) para ulama sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih terperinci dan mendetail.
  4. Materi Pendidikan Agama Islam dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman. Syari’ah merupakan penjabaran dari konsep Islam. Dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep Ikhsan. Dari ketiga konsep dasar itulah berkembang berbagai kajian ke-Islaman, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu, tekhnologi , seni, dan budaya.
  5. Out put program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia.
Demikian karakteristik Pendidikan Agama Islam, keberhasilannya ditentukan oleh semua pihak termasuk Guru agama di dalamnya perlu mengembangkan lebih lanjut dengan rambu-rambu tersebut, sehingga implementasi kurikulum PAI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, sekolah, dan masyarakat.
3.      Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan, pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4.      Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam menurut Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Depag RI (2004: 4 )  adalah sebagai berikut:
  1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menanamkan keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
  2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama, agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
  3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat mengancam dan menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia yang seutuhnya.
  5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
  6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

5.      Pendekatan Pendidikan Agama Islam
Untuk memudahkan Guru agama dalam memberikan bimbingan dan didikannya terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung, perlu menggunakan berbagai pendekatan, seperti yang dikemukakan oleh Wowo Sunaryo Kuswana (2004:5). Pengertian pendekatan adalah, “Suatu usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif”.
Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode, dan lebih komprehensif dalam kajian. Akan tetapi lebih aplikatif dalam praktek baik disadari maupun tidak. Beberapa pendekatan dalam penyajian pembelajaran, diantaranya:
a.       Pendekatan Rasional, Depag RI (2004:32) yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses berpikir indktif yang dimulai dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi, atau contoh-contoh, dan kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh, atau proses berpikir deduktif yang dimulai dari kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh dan bagian-bagiannya.
b.      Pendekatan Emosional, Depag RI (2004:32) yaitu Peranan menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
c.       Pendekatan Pengalaman, Depag RI (2004:32) yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekan dan merasakan hasil-hasil pengalaman belajar dalam menghadapi persoalan hidup.
d.      Pendekatan Pembiasaan, Depag RI (2004:32) yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik agar terbiasa dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama, aturan, dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan.
e.       Pendekatan Fungsional, Depag RI (2004:32) yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi penulis peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
f.       Pendekatan Uswatun Hasanah atau Keteladanan, yaitu pendekatan yang mendasarkan pada suri tauladan terhadap sifat-sifat terpuji yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW, agar peserta didik memiliki akhlak mulia dan berkompeten, maka Guru harus bisa menjadi contoh yang baik dihadapan peserta didiknya, baik ucapan, tindakan, dan cara berpakaian maupun ibadah, Depag RI (1989: 670).
g.      Pendekatan Sistem Among, adalah pendekatan yang berasal dari falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara; “Ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”. Artinya di depan peserta didik Guru harus mencerminkan keteladanan yang optimal, baik dari segi moral, kepemimpinan, sikap, ucapan, dan tindakan. Di tengah-tengah peserta didik Guru harus mampu menumbuhkan motivasi belajar agar mampu mandiri dan bekerjasama. Dari belakang Guru harus dapat mengarahkan dan mengayomi peserta didik dalam suasana penuh kasih sayang dan keceriaan Kwarnas, (1999:41).
h.      Pendekatan Kekeluargaan dan Sosial Kemasyarakatan, yaitu agar Guru dan peserta didik lebih akrab dalam proses pembelajaran dapat diterapkan sistem kekerabatan, kebersamaan sebagai satu keluarga besar yang saling menunjang dan membutuhkan.
6.      Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam, sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Depdiknas, Puskur. Dit PT KSD,(2003:3) meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:
a.       Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b.      Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c.       Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar terfokus pada aspek:
a.       Keimanan
b.      Al-Qur’an/ Al Hadits
c.       Akhlak
d.      Fiqih/ Ibadah
7.      Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar sepanjang hayat sebagai akumulasi kemampuan setelah seseorang mempelajari berbagai kompetensi dasar yang dirumuskan setiap mata pelajaran.
Kompetensi Lintas Kurikulum tersebut dirumuskan menjadi sembilan kompetensi, sehingga siswa mampu:
a.       Memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya, serta menyadari bahwa setiap orang perlu saling menghargai dan merasa aman.
b.      Menunjukan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja mandiri, dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
8.      Standar Kompetensi Rumpun Pelajaran
a.        Standar Kompetensi Bahan Kajian Pendidikan Islam
Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat umat beragama.
b.       Standar Kompetensi Bahan Kajian Pendidikan Agama Islam
Dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW; siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlakul karimah (budi pekerti luhur) yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca dan memahami Al-Qur'an; mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.
9.      Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di SD. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen. Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SD yaitu:
a.       Beriman kepada Allah SWT dan lima rukum iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal;
b.      Dapat membaca Al-Qur’an surat-surat pilihan dengan benar, menyalin, dan mengartikannya.
c.       Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at Islam terutama ibadah mahdhah.
d.      Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasululloh SAW serta khulfaurrasyidin.



C.    Akhlak

a.       Pengertian Akhlak

msotw9_temp0Menurut ahli bahasa (etimologi), akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari “khuluq” (        ) yang berarti “perangai”, “tabi’at”, “watak”.
Sinonim kata “akhlak” ialah “tata karma”, “kesusilaan”, “sopan santun” (Indonesia) moral, etich (Inggris), ethos, ethicos (Yunani).
Pengertian akhlak secara istilah dikemukakan oleh beberapa orang ahli, antara lain:
1.        Imam Al Ghazali
msotw9_temp0Dalam Ihya Ulumuddin, Al Ghazali,(2006:312) berpendapat :



Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
2.        Ibnu Maskawaih
msotw9_temp0Dalam buku Akidah Akhlak karangan Muhammad Rifa’I,(1994:35) dikutif pendapat Ibnu Maskawih :


Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).
Dari dua pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa dibuat-buat atau disengaja dan merupakan gambaran dari sifat-sifat dalam jiwa jahat atau baik.
b.      Sumber akhlak
a)      Al-Qur’an
msotw9_temp0Al-Qur’an merupakan sumber ajaran dan pedoman hidup bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Di dalamnya terdapat delapan pokok bahasan, yakni : Tuhan, manusia sebagai individu, manusia sebagai anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan dan lahirnya masyarakat muslim. Semua itu bernuansa pada ajaran akhlak sebagaimana kandungan ayat:

“Sesungguhnya engkau ya Muhammad seorang yang berbudi tinggi berakhlak utama”. (T.M. Hasbi Ashshiddiq,dkk,1971:960).
b)      Hadits/ Assunnah
Selain diambil dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an, ajaran-ajaran akhlak pun diambil dari al Hadits.
msotw9_temp0Sabda Rasulullah :


Hanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang utama”.  (HR. Ahmad).

c)      Pembagian Akhlak
Secara garis besar, akhlak terbagi kepada dua macam; akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Akhlak yang baik disebut juga akhlak karimah yaitu akhlak yang didasari oleh nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
Dalam literature Islam, akhlak yang buruk disebut juga dengan akhlak Madzmumah, yaitu akhlak atau tingkah laku yang didasari oleh tekanan emosional dan insting hewani. Karenanya, akhlak madzmumah  sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, seperti sombong, congkak, takabur dan aktivitas negatif lainnya.

c.       Hikmah Pendidikan Akhlak Terhadap Anak Didik

Pendidikan agama yang diberikan kepada anak, siswa, peserta didik atau umat Islam pada umumnya, disamping akidah, ibadah dan muamalah juga akhlak. Pendidikan akhlak ini sangat penting, karena menyangkut sikap dan perilaku yang seyogyanya ditampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari, baik personal (pribadi) maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, kelompok pergaulan dan masyarakat yang lebih luas).
Terkait dengan pentingnya pendidikan akhlak ini, Rasulullah SAW., bersabda, "innamaa bu'itstu liutammima makaarimal akhlaaq" (Se­sungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak). Yang ber­tanggungjawab terhadap pendidikan akhlak ini adalah orang tua, Guru, ustadz, kyai, dan para pemimpin masyarakat. Tanggung jawab orang tua adalah mendidik akhlak anak di lingkungan keluarga, Guru mendidik akhlak para siswa di sekolah; kyai mendidik akhlak santri di lingkungan pesantren, dan pemimpin mendidik akhlak warga masya­rakat.
Melalui pendidikan akhlak diharapkan para peserta didik atau warga masyarakat akan memiliki akhlak yang mahmudah (terpuji) dan mampu menjauhkan diri dari akhlak yang madmumah (buruk). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap warga masyarakat, sebab maju-mundurnya, aman-bokbroknya suatu bangsa atau negara, amat tergantung kepada akhlak tersebut. Dalam hal ini Syauqi Bei (Penyair Mesir, wafat tahun 1932) mengemukakan "Innamal ummamul akhlaaqu maabaqiya, wainhumuu dzahabat akhlaaquhum dzahabuu" (Ha­nya saja bangsa itu akan kekal, selama berakhlak. Apabila akhlaknya lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu). Pernyataan Syauqi Bei ini ternyata dialami oleh bangsa kita sendiri dewasa ini, yaitu terjadinya krisis yang multidimensi (sosial, ekonomi, hukum, dan politik), karena bangsa kita sudah melecehkan nilai-nilai moral atau memarjinalkan nilai-nilai agama.
Menilik kondisi akhlak bangsa yang semakin bokbrok, dengan se­makin maraknya dekadensi moral, maka penanaman nilai-nilai akhlak kepada peserta didik atau warga masyarakat perlu terus ditingkatkan. Untuk mencapai maksud tersebut, maka perlu adanya kerjasama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuh kembangkan akhlak mu­lia dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.
Apabila menyimak perkembangan moralitas bangsa dewasa ini, ternyata di samping ada kelompok yang secara ikhlas berusaha semak­simal mungkin untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia kepada peserta didik atau warga masyarakat, seperti para Guru, ustadz, dan kyai; juga ada kelompok yang berusaha mati-matian merusak mo­ral bangsa (dengan berorientasi bisnis atau mungkin ideologis), seperti para sindikat pengedar narkoba, VCD porno, prostitusi, dan para pe­ngelola media massa (tabloid dan televisi tertentu). Dengan demikian kelompok yang membela al-haq (kebenaran) dewasa ini diperhadapkan dengan kelompok yang membela kejahatan (al-bathil) yang didukung oleh modal yang besar dan organisasi yang teratur rapih. Mereka itu adalah Dajjal zaman kiwari (sekarang, ed.) yang senantiasa berusaha merongrong dan bahkan merusak moral bangsa, sehingga bangsa ini hancur lebur berantakan.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka para pendidik harus senantiasa meningkatkan komitmennya untuk berjihad menanamkan nilai-nilai akhlak mulia kepada para peserta didik. Pendidikan akhlak terpuji kepada para siswa atau peserta didik ini, baik melalui peng­ajaran, ketauladanan, maupun pembiasaan, diharapkan mereka ber­kembang menjadi seorang manusia yang berkepribadian yang mantap, atau berakhlak mulia. Karakteristik sosok pribadi yang berakhlak mu­lia itu direfleksikan atau diaktualisasikan dalam sikap dan perilaku: (1) berpenampilan bersih dan sehat; (2) bertutur kata yang sopan; (3) ber­sikap respek, menghormati orang tua dan orang lain tanpa melihat perbedaan kedudukan, harta kekayaan, atau suku; (4) memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masya­rakat atau bangsa, baik melalui ilmu pengetahuan, kekayaan (zakat, infaq, atau shadagoh), atau jabatan (otoritas); (5) menjalin ukhuwwah islamiyah (persaudaraan dengan sesama muslim) dan ukhuwzuah basyariyah (persaudaraan dengan sesama umat manusia secara umum); (6) bersikap amanah, bertanggungjawab, atau tidak khianat pada saat diberi kepercayaan; (7) bersikap jujur, tidak suka berdusta (berbohong); dan (8) memelihara ketertiban, keamanan, kebersihan dan keindahan lingkungan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Metode dan Teknik Penelitian
1.      Metode penelitian
Penelitian adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah guna menekan batas-batas ketidaktauan manusia. Menurut Iskandar,(2001:12)           penelitian merupakan suatu pemikiran untuk melakukan kegiatan meneliti, mengumpulkan dan memproses fakta-fakta yang ada, sehingga kumpulan fakta-fakta tersebut, dapat dikombinasikan oleh peneliti.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, yang diharafkan dapat mengidentifikasi secara sistematik mengenai Peranan Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar dalam membina akhlak siswa
Profesi Guru Pendidikan Agama Islam lebih banyak dihadapkan pada aspek apektif selain dari aspek kognitif dan psikomotor. Diantara cara yang digunakan Guru  dalam membina akhlak siswa dengan cara hikmah dan mauidlotul hasanah. Untuk itu, di sinilah permasalahan yang harus dilaksanakan oleh orang yang betul-betul profesional.
Melalui survei diharafkan dapat memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan Singaribuan dan Efendi,(1995:3) “ Bahwa Survei adalah suatu usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi dari berbagai individu, baik sebagian maupun seluruhnya dengan menggunakan standar pertanyaan yang berpola dan berstruktur sesuai dengan kebutuhan akan data-data yang mengacu pada topik dan judul penelitian.
2.       Tekhnik Penelitian
Sesuai dengan metode yang dipergunakan yaitu metode deskriptif, maka penulis mempergunakan teknik-teknik untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
a.       Angket tertutup
Yaitu suatu teknik yang dipergunakan dengan cara menyebarkan selebaran yang berisikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dan alternatif jawaban telah disediakan pula, sehingga responden tinggal memilih satu alternatif jawaban.
b.      Wawancara
Wawancara yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan menggunakan komunikasi langsung dengan jalan dialog (tanya jawab) secara lisan.
c.       Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
d.      Observasi
Dengan mengamati langsung ke tempat penelitian dan yang perlu untuk pembuatan skripsi ini penulis mencatatnya.


B.     Populasi dan Sampel Penelitian
a.    Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa  SDN Sakawayana 02 yang berjumlah 200 siswa.
b.    Sampel penelitian
Untuk memudahkan dalam penilitian, maka dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 40 siswa daari siswa kelas VI SDN Sakawayana 02. Hal ini sebagai mana dikatakan oleh Winarno Surakhmad,(1990:100) bahwa: “Bila populasi cukup homogen terhadap populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan diatas 100 sebesar 15%.

C.    Prosedur Penelitian
Sebelum sampai kepada penelitian setiap pelaksanaan penelitian terlebih dahulu penulis akan mengemukakan dulu langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini, karena penulis beranggapan bahwa dengan menggunakan berbagai langkah-langkah yang ditempuh secara sistematis akan menghasilkan data yang lebih jelas dan terkontrol, sehingga penelitian ini tidak diragukan lagi kebenarannya. Walaupun penulis beranggapan bahwa judul yang penulis sajikan sangat sulit untuk mencari data-data objektif karena hubungannya dengan tingkah laku manusia, sedangkan semua tingkah laku manusia tidak mutlak dan senantiasa tidak tetap, sesuai dengan pendapat S. Nasution,(2005:8) bahwa: “Kelakuan manusia senantiasa berubah-ubah dari kesehariannya, sehingga tidak dapat dirasakan secara ilmiah dan tepat. Kelakuan manusia terlampau kompleks sehingga sukar diadakan pengamatan yang objektif tentang kelakuan manusia”.
Dari uraian di atas, penulis beranggapan bahwa dari keunikan yang ada pada manusia dapat menarik perhatian untuk diteliti secara empiris, yaitu berdasarkan data-data yang diperoleh melalui angket yang berisikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan tingkah laku manusia yaitu Guru Pendidikan Agama Islam itu sebagai motivator dan siswa sebagai penerima motivasi.
Dalam rangka mencari data yang nyata untuk penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Persiapan Pengumpulan Data
Dalam langkah persiapan pengumpulan data ini, penulis membuat prosedur penelitian. Dan setelah terususun masalah perizinan penelitian. Dan setelah masalah perizinan, yang sangat diperlukan oleh nara sumber selanjutnya perizinan tersebut diajukan kepada:
a)      Ibu  Kepala Sekolah SD Negeri Sakawayana 02
b)      Ibu dan Bapak Guru SD Negeri Sakawayana 02
Dan setelah itu baru penulis dapat menghubungi nara sumber yaitu siswa-siswa, sesuai dengan rencana yang tercantum dalam populasi dan sampel penelitian ini. Kemudian langkah persiapan ini penulis susun terlebih dahulu daftar angket. Adapun angket yang penulis susun tersebut merupakan angket berstruktur, artinya angket tersebut bersifat tertutup, yakni angket pada setiap item pertanyaannya itu telah tersedia pula alaternatif jawaban yang merupakan kemungkinan-kemungkinan jawaban pokok dalam penelitian.
Disamping membuat angket, penulis juga menyusun pedoman wawancara. Hal tersebut untuk memperkuat hasil jawaban angket maupun sebaliknya, sehingga jawaban akan lebih objektif dengan menggunakan kedua teknik itu. Selanjutnya penulis harus mengkonsultasikannya dengan Dosen Pembimbing untuk mendapatkan persetujuan daftar angket dan wawancaranya tersebut.
Untuk langkah berikutnya, penulis mengadakan uji coba angket dengan cara menyebarkan angket tersebut kepada para siswa di Sekolah Dasar Negeri Sakawayana 02 yang tidak termasuk dalam sampel, dengan maksud untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dari angket tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanafiah Faisal,(2000:38) adalah sebagai berikut:
“Setelah angket tersusun atau disusun secara lazim, tidak langsung disebabkan penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data yang sebenarnya) sebelum pemakaian yang sebenarnya, sangat mutlak sekali adanya uji coba terhadap isi maupun di dalam bahasa atau redaksi atas alat yang telah disusun”.

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, penulis menganggap penting sekali dilaksanakan uji coba responden yang tidak termasuk pada sampel penelitian terlebih dahulu.
Teknik wawancara dilaksanakan sebelum menyebarkan angket kepada responden, mengingat waktu yang tersedia siswa di Sekolah Dasar Negeri  Sakawayana 02 terbatas.


2.      Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah persiapan pengumpulan data sudah dianggap matang, barulah penulis menyebarkan angket kepada responden yang telah ditentukan waktu perencanaan. Cara pengisian angket tersebut dibagikan kepada 40 siswa SD Negeri Sakawayana 02, untuk diisi sesuai dengan kenyataan yang sedang dialami.
Setelah angket dibagikan kepada responden, serta telah diisi dengan teliti, kemudian dikumpulkan lagi maka untuk selanjutnya hasil dari jawaban responden tersebut dijadikan data untuk diolah dan dianalisa.
3.      Penentuan Alat Pengolahan  Data
Berdasarkan data yang penulis kumpulkan, maka penulis menentukan alat pengolahan data, untuk mengolah sejumlah data yang masih mentah dan untuk mengetahui hasil dan tidaknya penelitian dengan apa yang diharapkan oleh penulis.
Sehubungan dengan permasalahan yang penulis bahas maka dalam pengolahan data ini, penulis menggunakan alat atau teknik analisa kuantitatif dengan prosentase. Hal ini cukup beralasan karena program penyusunan jangan samapi menggangu dengan menyita waktu hari belajar efektif siswa, berdasarkan kalender pendidikan yang telah dirancang sedemikian rupa.
Adapun untuk pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
a.    Mengetahui studi pendahuluan kepada objek yang akan diteliti dengan tujuan utamanya untuk mengetahui populasi yang akan dijadikan sampel penelitian.
b.    Setelah penulis mengetahui objek yang akan diteliti, selanjutnya penulis membuat konsep angket sebagai suatu alat dalam penelitian tentang peningkatan akhlakul karimah siswa.
c.    Konsep angket tersebut dikonsultasikan dengan seorang Dosen Pembimbing untuk mendapatkan persetujuan serta petunjuk apabila angket tersebut masih ada kekurangan dan kekeliruan.
d.   Setelah angket disetujui oleh Dosen Pembimbing, selanjutnya penulis akan mengadakan penelitian kepada responden yang dianggap sampel penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pembinaan akhlak  siswa.

D.    Analisis Data
Dari hasil penelitian, dianalisa secara kuantitaif dengan perhitungan persentase untuk meneliti data secara totalitas. Dengan demikian penulis menggunakan satu rumus prosentase, sebagai berikut:
 X 100 %
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
Selanjutnya untuk mempermudah dalam penafsiran data yang telah diterjemahkan dalam prosentase, maka penulis menetapkan pedoman penafsiran sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pedoman Penafsiran
No
Frekuensi
Penafsiran
1
0 %
Tidak  sama sekali
2
1 – 20 %
Sebagian kecil
3
21 – 49 %
Hampir setengahnya
4
50 %
Setengahnya
5
51 – 75 %
Sebagian besar
6
76 – 99 %
Hampir seluruhnya
7
100 %
Seluruhnya

E.     Kondisi Objektif SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut
1.      Keadaan Geografis SDN Sakawayana 02
Secara resmi SDN Sakawayana 02 berdiri tahun 1963, berdiri di atas tanah milik Negara seluas 3.321 m2. Berada di Desa Sakawayana Kecamatam Malangbong Kabupaten Garut.
Sekolah ini berada ditengah-tengah pemukiman warga masyarakat yang rata-rata mata penaharian sebagai petani.
2.      Keadaan Siswa
Jumlah siswa SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut pada tahun pelajaran 2011-2012  adalah sebagai berikut:



Tabel 3.2
Keadaan Siswa

Tahun Pelajaran
Kelas
Jumlah
I
II
III
IV
V
VI
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P

2011-2012
18
18
15
17
12
11
15
20
13
17
14
26
200
Jumlah
36
32
23
35
30
40

3.      Jumlah Rombongan Belajar
Kelas I                   : 1 Rombongan Belajar
Kelas I                   : 1 Rombongan Belajar
Kelas III                : 1 Rombongan Belajar
Kelas IV                : 1 Rombongan Belajar
Kelas V                 : 1 Rombongan Belajar
Kelas VI                : 1 Rombongan Belajar
4.      Keadaan Tenaga Pengajar
Tabel 3.3
Keadaan Tenaga Pengajar
No
Status Guru
Tingkat Pendidikan
SLTA
D1
D2
D3
S1
S2
S3
1
Guru Tetap







2
Guru Tidak Tetap







3
Guru Bantu







4
Staf TU







Jumlah









BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab IV ini, penulis mengadakan pembahsan terhadap hasil penelitian sebagai berikut:
A.    Pengolahan dan Pembahasan Hasil Penelitian
1.      Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, kemudian penulis mengadakan verifikasi data dengan cara meneliti dan memeriksa hasil jawaban responden, sehingga diperoleh hasil, antara ain:
  1. Soal angket yang diberikan kepada responden dapat dijawab dengan sejujurnya.
  2. Semua jawaban responden tidak meragukan tentang kebenarannya, sehingga mencapai pada sasaran yang diharapkan.
2.      Hasil Pengolahan Data
Hasil penelitian yang penulis peroleh melalui angket yang penulis sebarkan kepada siswa-siswi SD Negeri Sakawayana 02 selanjutnya angket tersebut diolah dengan jalan perhitungan prosentase. Adapun pengolahan datanya seperti tersebut dibawah ini :




Tabel 4.1
Perasaan Siswa Mengikuti Pelajaran Agama
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
1
a. Senang
38
95

b. Biasa-biasa saja
2
5

c. Kurang senang
0
0
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (95 %) menyatakan senang, sebagian kecil (5 %) menyatakan biasa-biasa saja dan tidak ada sama sekali (0 %) yang menyatakan kurang senang.

Tabel 4.2
Perlu dan Tidaknya Pelajaran Agama Menurut Responden
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
2
a. Ya atau perlu
38
95

b. Kurang perlu
2
5

c. Tidak  perlu
0
0
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (95 %) menyatakan perlu, sebagian kecil (5 %) menyatakan kurang perlu dan tidak ada sama sekali (0 %) yang menyatakan tidak  perlu.



Tabel 4.3
Perasaan Responden jika Guru Agama
Tidak  Hadir karena Sakit
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
3
a. Senang
2
5

b. Biasa-biasa saja
4
10

c. Sedih
34
85
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden sebagian kecil (5%) menyatakan senang, sebagian kecil lagi (10%) menyatakan biasa-biasa saja dan menyatakan sedih hampir seluruhnya (85%).
Tabel 4.4
Pandangan Responden terhadap Pelajaran Agama
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
4
a. Sulit
6
15

b. Biasa-biasa saja
12
30

c. Tidak  sulit
22
55
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden sebagian kecil (15%) menyatakan sulit, hampir setengahnya (30%) menyatakan biasa-biasa saja dan sebagian besar (55%) menyatakan tidak  sulit.


Tabel 4.5
Guru Agama Datang ke Sekolah Tepat Waktu
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
5
a. Ya
28
70

b. Kadang-kadang
10
25

c. Tidak pernah
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden sebagian besar (70%) menyatakan ya, hampir setengahnya (25%) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (5%) menyatakan tidak  pernah.
Tabel 4.6
Guru Agama Selalu Berpakaian Sopan
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
6
a. Ya
38
95

b. Kadang-kadang
2
5

c. Tidak pernah
0
0
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (95%) menyatakan ya, sebagian kecil (5%) menyatakan kadang-kadang dan sama sekali tidak ada (0 %) menyatakan tidak  pernah.




Tabel 4.7
Sebelum dan Sesudah Belajar Selalu Berdo’a
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
7
a. Selalu
38
95

b. Kadang-kadang
2
5

c. Tidak pernah
0
0
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (95%) menyatakan ya, sebagian kecil (5%) menyatakan kadang-kadang dan sama sekali tidak ada (0 %) menyatakan tidak  pernah.

Tabel 4.8
Mengucapkan Salam Sebelum dan Sesudah Belajar
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
8
a. Selalu
34
85

b. Kadang-kadang
4
10

c. Tidak pernah
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (85 %) menyatakan selalu, sebagian kecil (10 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (5 %) menyatakan tidak  pernah.



Tabel 4.9
Membaca Surat Pendek Sebelum dan Sesudah Belajar
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
9
a. Selalu
20
50

b. Kadang-kadang
14
35

c. Tidak pernah
6
15
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden setengahnya (50 %) menyatakan selalu, hampir setengahnya (35 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (15 %) menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.10
Tanggapan Responden tentang Adanya Mushala
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
10
a. Setuju sekali
36
90

b. Biasa saja
4
10

c. Tidak  setuju
0
0
Jumlah
40
100


Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (90 %) menyatakan setuju sekali, sebagian kecil (10 %) menyatakan biasa saja dan sama sekali tidak ada (0 %) menyatakan tidak setuju.


Tabel 4.11
Adanya Tambahan Belajar atau Les Iqra
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
11
a. Senang sekali
36
90

b. Biasa saja
2
5

c. Tidak  senang
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (90 %) menyatakan senang sekali, sebagian kecil (5 %) menyatakan biasa saja dan sebagian kecil juga (5 %) menyatakan tidak senang.

Tabel 4.12
Guru Suka Menyuruh Mengerjakan Shalat Berjama’ah
di Masjid atau Mushala
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
12
a. Sering
22
55

b. Kadang-kadang
16
40

c. Tidak pernah
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden sebagian besar (55 %) menyatakan sering, sebagian kecil (40 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil juga (5 %) menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.13
Konsultasi tentang Kegiatan Mengaji Anak
di Rumahnya
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
13
a. Sering
32
80

b. Kadang-kadang
6
15

c. Tidak pernah
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (80 %) menyatakan sering, sebagian kecil (15 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil juga (4 %) menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.14
Sikap Responden terhadap Bahasa Guru ketika
Berinteraksi dengan Siswa
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
14
a. Sering
0
0

b. Kadang-kadang
4
10

c. Tidak pernah
36
90
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden tidak  ada sama sekali (0 %) yang menyatakan sering, sebagian kecil (10 %) menyatakan kadang-kadang dan hampir seluruhnya (90 %) menyatakan tidak pernah.
Tabel 4.15
Peran Guru Agama dalam Mengecek Anak dalam Kegiatan
Pengajian atau Kuliah Subuh
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
15
a. Sering
26
65

b. Kadang-kadang
10
25

c. Tidak pernah
4
10
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden lebih dari setengahnya (65 %) menyatakan sering, hampir setengahnya (25 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (10 %) menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.16
Kesadaran Siswa dalam Mengakui Kesalahan Sendiri dan
Hal Tersebut Merupakan Perbuatan Dosa
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
16
a. Ya
32
80

b. Biasa saja
6
15

c. Tidak
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (80 %) menyatakan ya, sebagian kecil (15 %) menyatakan biasa saja dan sebagian kecil (5 %) yang menyatakan tidak.
Tabel 4.17
Peran Orang Tua dalam Menyuruh Anaknya Shalat
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
17
a. Sering
32
80

b. Kadang-kadang
2
5

c. Tidak pernah
6
15
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (80 %) menyatakan sering, sebagian kecil (5 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil juga (15 %) yang menyatakan tidak pernah.


Tabel 4.18
Peran Orang Tua dalam Memberikan Contoh Ibadah Shalat
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
18
a. Sering
34
85

b. Kadang-kadang
4
10

c. Tidak pernah
2
5
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (85 %) menyatakan sering, sebagian kecil (10 %) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil juga (5 %) yang menyatakan tidak pernah.


Tabel 4.19
Sikap Mencontoh Teladan Guru dalam Berbuat Baik
Item
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase (%)
19
a. Ya
38
95

b. Kadang-kadang
2
5

c. Tidak pernah
0
0
Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden hampir seluruhnya (95 %) menyatakan ya, sebagian kecil (5 %) menyatakan kadang-kadang dan sama sekali tidak ada (0 %) yang menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.20
Frekuensi Siswa Dalam Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Selalu melaksanakan
Kadang-kadang
Tidak pernah
30
10
0
75
25
0

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Data tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang siswa pun yang tidak melaksanakan shalat fardhu, mereka umumnya selalu melaksanakan shalat fardhu, yaitu 75,00 %, sedang siswa yang belum melaksanakan shalat fardhu secara penuh sebesar 25,00 %.
Table 4.21
Motivasi Siswa Dalam Melaksanakan
Shalat Fardhu
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Sebagai rasa syukur
Hanya mengugurkan kewajiban
Takut kepada orang tua
30
8
2
75
20
5

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar siswa melaksanakan shalat fardhu dikarenakan rasa syukur kepada Allah SWT, yakni sebesar 75 %, dan yang melaksanakan shalat fardhu hanya untuk menggugurkan kewajiban sebesar 20 %, sedangkan yang melaksanakan shalat fardhu karena takut kepada orang tua yaitu sebesar 5 %.

Tabel 4.22
Kepatuhan Siswa Bila Diperintah Orang Tua
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Selalu patuh
Kadang-kadang patuh
Tidak peduli
30
10
0
75
25
0

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Dari data di atas menunjukan bahwa tidak ada seorang siswa pun yang bersikap tidak peduli bila diperintah orang tua. Sikap siswa bila diperintah orang tua kadang-kadang patuh kadang-kadang tidak sebesar 25,00% dan yang selalu patuh sebesar 75,00%.

Table 4.23
Motivasi Siswa Patuh Kepada Orang Tua
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Ingin berbakti
Takut kepada orang tua
Terpaksa
38
2
0
95
5
0

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Dari data di atas menunjukkan bahwa siswa patuh kepada orang tua disebabkan karena ingin berbakti kepada orang tua sebesar 95 % dan yang karena taku 5 % sedangkan yang karena terpaksa tidak ada sama sekali.


Table 4.24
Frekwensi Siswa Dalam Mendo’akan Orang Tua
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Setiap shalat
Sekali-kali saja
Tidak pernah
36
4
0
90
10
0

Jumlah
40
100
Tafsiran  :
Dari data di atas menunjukan bahwa tidak ada siswa yang tidak pernah mendo’akan kedua orang tuanya. Pada umumnya mereka selalu mendo’akan orang tuanya pada saat shalat yaitu sebesar 90 % sedangkan sisanya yaitu sebesar 10 % kadang-kadang mendo’akan.








Tabel 4.25
Kebiasaan Siswa Bila Berbicara Dengan
Orang Yang Lebih Tua
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Dengan bahasa yang baik dan sopan
Biasa saja
Dengan bahasa yang tidak baik
36
4
0
90
10
0

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Dari data di atas menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang berbicara dengan bahasa yang tidak baik bila berbicara dengan orang yang lebih tua. Pada umumnya mereka selalu menggunakan bahasa yang baik dan sopan, yaitu  90 % dan yang menggunakan bahasa biasa saja sebesar 10  %.






Tabel 4.26
Kegiatan Siswa Dalam Peringatan Maulid Nabi SAW
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Mendengarkan dan mengambil hikmah
Mendengar saja
Tidak peduli
30
8
2
75
20
5

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Data di atas menunjukan bahwa kegiatan siswa ketika diselenggarakan peringatan Isra-Mi’raj adalah mendengarkan dan mengambil hikmahnya sebesar 75 %, sedang yang hanya mendengarkan saja sebesar 20% dan yang tidak peduli sebesar 15 %.

Tabel 4.27
Yang Dilakukan Siswa Bila Bertemu Guru
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Menegur  dan memberi salam
Menegur saja
Tidak peduli
36
4
0
80
10
00

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Data di atas menunjukan bahwa tidak seorang siswa yang bersikap tidak peduli bila bertemu guru. Pada umumnya siswa menegur dan memberi salam yaitu 80 % sedang yang hanya menegur saja bila bertemu 20 %

Tabel 4.28
Yang Dilakukan Siswa Bila Bertamu
No
Alternatif Jawaban
F
Prosentase
a.
b.
c.
Mengetuk pintu dan mengucap salam
Mengetuk pintu saja
Masuk tanpa permisi
36
4
0
90
10
00

Jumlah
40
100

Tafsiran  :
Data di atas menunjukan bahwa pada umumnya yang dilakukan siswa pada saat bertamu, adalah mengetuk pintu dan mengucap salam 90 %, sedang yang hanya mengetuk pintu saja sebesar 10 %.


3.      Analisa Data
Analisa data ini terutama dipusatkan untuk mengetahui tentang peningkatan akhlakul karimah di kalangan siswa SD Negeri I Sakawayana 02, Kec. Malangbong Kab. Garut. Analisa ini disusun berdasarkan kepada pernyataan penelitian yang akan penulis paparkan yang meliputi:
a.       Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Cisitu Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut
Dalam penyelenggaraan pendidikan Agama Islam di SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut menggunakan Kurikulum KTSP 2006. Atas dasar kurikulum ini, maka pengajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung satu kali pertemuan dalam seminggu. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran dengan waktu 35 menit untuk setiap satu jam pelajaran.
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan.
Metode yang digunakan dalam pengajaran pendidikan Agama Islam yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode latihan.
Pendekatan yang digunakan oleh Guru bidang studi pendidikan Agama Islam antara lain pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan rasional dan pendekatan fungsional.
Ruang lingkup bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam meliputi 7 unsur pokok yakni keimanan, ibadah, Al-Qur'an, akhlak, muamalah, syari’ah dan tarikh.
b.      Gambaran Akhlak Siswa Kelas VI SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut Sebagai Dampak Dari Pendidikan Agama Yang Diikutinya.
Pada umumnya siswa memiliki akhlak yang baik kepada Allah Swt, hal itu dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan menjauhkan larangan-Nya. Salah satu perintah Allah Swt adalah mendirikan shalat fardlu (tabel 4.21) hal ini menunjukan bahwa dalam diri siswa sudah muncul kesadaran tentang kewajiban terhadap Tuhan yang telah menciptakan dan memberi beragam nikmat kepada mereka, hal ini juga menunjukan bahwa  menyadari betul bahwa dengan selalu menjalankan sholat akan dapat membentengi diri dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat An-Ankabut ayat 45 :


msotw9_temp0
 


Artinya: “ Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar”.
(Q.S. Al-Ankabut: 45)
Namun adanya  yang masih suka meninggalkan atau tidak melaksanakan sholat secara penuh, hal ini sangat mungkin terjadi karena sholat meskipun secara teori merupakan pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan, namun pada pelaksanaannya banyak sekali hambatan-hambatan yang bisa membuat orang meninggalkannya. Contohnya karena tertidur, lupa, tanggung dengan pekerjaan dan lain-lain.
Dilihat dari sisi motivasi melaksanakan sholat  memiliki motivasi yang sangat baik, yaitu sebagai rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah Swt kepada mereka (Tabel 4.22) hal ini menggambarkan betapa besar jiwa keagamaan mereka sebagai buah hasil pelajaran yang mereka ikuti. Mereka menyadari bahwa atas segala nikmat yang mereka rasakan, mereka harus syukuri dengan cara melakukan ibadah yang menjadi tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Az-Zariyat ayat 56:
msotw9_temp0 


Artinya: “ Tidak aku ciptakan jin manusia melainkan untuk menyembahku (Q.S. Az-Zariyat: 56).
Adapun mengenai masih ada siswa yang memilki motivasi yang keliru dalam melaksanakan sholat fardlu yakni karena hanya menggugurkan kewajiban, hal ini mungkin dikarenakan mereka belum mengerti bahwa mengerjakan sholat bisa dijadikan sebagai cara mensyukuri nikmat dan ketidak mengertian mereka disebabkan oleh pengetahuan agama mereka yang masih dangkal.
Akhlak siswa kepada orang tua antara lain diwujudkan dengan selalu mematuhi perintah orang tua (tabel 4.23) dan selalu mendo’akan orang tua (tabel 4.24). Pada umumnya  mempunyai keinginan besar untuk berbakti kepada orang tua, namun jika ada siswa yang masih belum sepenuhnya patuh hal ini disebabkan oleh emosi siswa yang belum stabil.
Zakiyah Darajat menyatakan bahwa (1994:35) “ciri remaja adalah perilakunya yang tidak stabil, keadaan emosinya yang goncang, udah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka dan mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya berpusat pada dirinya”.
Diantara masalah yang dihadapi orang tua dengan anak-anaknya yang remaja, adalah sulitnya komunikasi dan bagaimana cara memperlakukan remaja sehingga masih ada orang tua yang terlalu keras dan mengekang si anak dalam segala segala gerak-geriknya. Orang tua menuntut kepatuhan kepada anak-anaknya dengan cara menakut-nakuti dan mengancam tanpa memperhatikan perasaan dan kebutuhan mereka. Namun ada pula orang tua yang memahami segala persoalan dan kebutuhan anak-anaknya. Dalam komunikasi mereka menggunakan persesuaian dan dorongan. Remaja yang hidup pada keluarga seperti ini memiliki rasa kasih sayang dan hormat kepada orang tuanya serta berani mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.
Adapun akhlak siswa kepada orang yang lebih tua dapat tergambar dari cara mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Umumnya  bisa menggunakan bahasa yang baik dan sopan apabila berbicara dengan orang yang lebih tua. Hal ini menunjukan bahwa dalam diri siswa mulai tumbuh rasa hormat dan menghargai orang yang lebih tua. Adanya siswa yang masih belum menggunakan bahasa yang baik dan sopan apabila berbicara dengan yang lebih tua, hal ini disebabkan dalam pergaulan makna bahasa sering mengalami pergeseran. Suku kata yang dahulu tabu apabila dipergunakan kepada orang tua, sekarang mungkin tidak tabu lagi untuk digunakan, contohnya kata “aku”.
Sikap siswa dalam peringatan maulid nabi pada umumnya menunjukan perhatian yang baik, terbukti dengan meraka mau mendengarkan atau materi maulid Nabi. Hal ini menggambarkan akan rasa cinta dan sayang mereka kepada Nabi Muhammad Saw cukup tinggi. Mereka ingin apa yang ada pada diri Nabi Muhammad yang berupa nilai-nilai kemuliaan yang biasanya diceritakan pada acara itu dapat mereka ketahui sebagai pengetahuan dan dapat mereka pahami sebagai suatu contoh dan amalan. Sedangkan adanya siswa yang hanya mendengarkan atau malah bersikap tidak peduli hal ini mungkin karena pada acara-acara maulid biasanya banyak dihadiri oleh jemaah dan masing-masing jemaah hadir dengan pakaian, kebiasaan dan cara mereka sendiri, oleh karenanya perhatian mereka tidak sepenuhnya bisa diarahkan kepada acara maulid Nabi, akan tetapi terpecah kepada bermacam-macam kejadian yang ada di sekeliling mereka.
Adapun akhlak siswa kepada Guru antara lain di wujudkan dengan kebiasaan menyapa dan memberi salam bila bertemu dengan Guru (Tabel 4.25). Perasaan siswa kepada Guru merupakan bagian penting dari perasaan mereka terhadap sekolah secara keseluruhan, Guru yang baik dihormati dan diteladani siswa. Pada umumnya  sangat hormat kepada Guru. Mereka tahu bahwa karena Guru mereka mendapat ilmu pengetahuan. Dari Gurulah mereka mendapat penjelasan tentang apa-apa yang tidak bisa dipahaminya sendiri. Adapun mengenai siswa yang hanya menegur tanpa memberi salam bila bertemu Guru, hal ini mungkin karena mereka belum memahami sepenuhnya keutamaan dan hikmah salam. Demikian juga pada saat bertamu (Tabel 4.26), masih ada  yang belum mengucapkan salam sebagai tanda akan kehadiran mereka. Salam sebagai do’a dan harapan dari tamu kepada tuan rumah, sebelum sepenuhnya mereka pahami.


c.       Gambaran peranan Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Sakawayana 02 Dalam Membina Akhlak Siswa
Dari Tabel 4.1 yang telah ditafsirkan bahwa peran yang dilakukan Guru dalam meningkatkan akhlakul karimah dengan cara pendekatan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran agama, sebab sikap atau akhlak siswa dapat dilihat dari senang atau tidaknya terhadap pelajaran agama. Hal ini terbukti dengan jawaban hampir seluruh siswa sebanyak (95 %) menyatakan senang. Artinya bahwa Peranan Guru dalam memberikan pelajaran agama sangat disenangi oleh siswa-siswinya.
Hal ini memberikan gambaran bahwa ada itikad baik dari responden untuk meningkatkan sikap atau akhlak mereka dengan menyenangi pelajaran agama terlebih dahulu. Tetapi seandainya responden sudah bersikap apatis atau tidak menyenangi pelajaran agama berarti untuk meningkatkan akhlakul karimah siswa-siswi menjadi lebih berat.
Kemudian dalam Tabel 4.2 menunjukan bahwa, sikap responden terhadap perlu atau tidaknya pelajaran agama di sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban siswa-siswi sebanyak 95 % menyatakan perlu, yang menunjukan bahwa pelajaran agama menurut responden masih sangat diperlukan dalam rangka membentuk watak dan pribadi siswa-siswi yang berbudi pekerti luhur atau berakhlakul karimah.
Dalam Tabel 4.3 menunjukan bahwa pandangan responden terhadap sikap dan perilaku Guru dalam berinteraksi dengan siswa-siswinya hampir seluruhnya (85 %) menyatakan baik, dan hanya sebagian kecil (15 %) yang menyatakan biasa-biasa saja, serta 0 % yang menyatakan tidak  baik. Hal ini menunjukan bahwa peranan Guru agama sangat baik dalam memberikan contoh atau suri tauladan terhadap siswa-siswinya dalam menunjang dan menumbuhkankembangkan sikap dan perilaku yang positif.
Sosok seorang Guru agama menurut responden berperilaku baik, hal ini merupakan modal bagi Guru untuk memudahkan pencapaian target atau tujuan yang diharapakan, yaitu siswa-siswi lulusan sekolah dasar yang memiliki budi pekerti luhur atau berakhlak mulia.
Sedangkan pada Tabel 4.4 yang menyatakan sikap responden apabila Guru agamanya tidak  masuk karena sakit, hampir seluruh siswa-siswinya (85 %) menyatakan sedih, artinya Guru agama sudah menjadi bagian yang tidak  terpisahkan dalam jiwa, hati, dan kehidupan siswa-siswinya. Hal ini dimungkinkan karena Peranan Guru tersebut ketika memberikan pelajaran agama sangat disenangi oleh siswa-siswinya.
Gambaran lain tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa terlebih dahulu harus mengetahui pandangan siswa-siswinya terhadap sulit tidaknya mata pelajaran pendidikan agama. Hasil yang diperoleh dari Tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian besar siswa (55 %) menyatakan tidak  sulit, artinya mata pelajaran tersebut secara teori bisa dipelajari dengan mudah asalkan ada kemauan dan kenginan yang sungguh-sungguh. Hal tersebut merupakan modal yang tidak kalah pentingnya dalam rangka membimbing anak-anak ke arah yang lebih baik dalam membentuk sikap dan perilaku akhlak mulia. Dengan dapat dipelajarinya materi pendidikan agama secara teori tidak sulit, hal ini dapat mempermudah jalan untuk dapat mempraktekan-nya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 4.6 menggambarkan Peranan seorang Guru agama dalam memberikan contoh yang baik kepada siswa-siswinya tentang datang tepat waktu, menunjukan sebagian besar responden (70 %) menyatakan tepat waktu. Hal ini menunjukan adanya usaha Guru agama memberikan yang terbaik dalam memberikan contoh kepada anak didiknya untuk selalu menghargai waktu.
Kemudian pada Tabel 4.7 menyatakan Guru agama selalu berpakaian rapi dan sopan dalam melakukan tugas kesehariannya, hampir seluruh responden (95 %) menyatakan selalu menggunakan pakaian yang sopan. Hal ini membuktikan Peranan Guru agama dalam membina akhlak peserta didik tidak hanya dengan tatap muka di kelas saja, namun dengan cara memberikan contoh tauladan berpakain yang rapi dan sopan, yang lambat laun akan ditiru oleh siswa-siswinya. Dan berpakaian rapi dan sopan adalah termasuk akhlakul karimah.
Pada Tabel 4.8 menggambarkan suasana sebelum dan sesudah belajar, selalu membaca do’a, prosentase yang diperoleh dari responden adalah hampir seluruhnya (95 %) menyatakan selalu berdo’a, hal ini menggambarkan bahwa Peranan Guru agama dalam menciptakan suasana kondusif dan islami sebagai gambaran dari akhlak mulia, yaitu sebelum dan sesudah melakukan sesuatu membaca do’a agar siswa terbiasa dengan hal tersebut, dan hal ini selalu dilakukan oleh Guru tersebut.
Pada Tabel 4.9 yang intinya sama dengan Tabel 4.8, yaitu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan islami, peserta didik dalam hidup kesehariannya selalu mengucapkan dan menebarkan salam, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Hasil yang diperoleh hampir seluruh responden (85 %) menyatakan selalu  mengucapkan salam sebelum dan sesudah belajar. Hal ini merupakan sikap yang mulia dalam pembentukan perilaku peserta didik berakhlakul karimah.
Pada Tabel 4.10, yang menyatakan bahwa anak-anak selalu membaca surat-surat pendek sebelum dan sesudah belajar, hanya setengahnya (50 %) yang menyatakan selalu membaca, lalu sebanyak 35 % responden menyatakan kadang-kadang, dan 15 % menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan nilai positif, artinya setengah dari responden berpendapat selalu membaca surat-surat pendek sebelum dan sesudah belajar yang merupakan pembiasaan yang positif dan hal seperti ini masih berdampak atau berpengaruh kepada teman-teman yang lainnya.
Kemudian pada Tabel 4.11 yang merupakan pernyataan kemauan yang positif dalam rangka pembentukan akhlakul karimah, yaitu berkeinginan adanya mushala di sekolah mereka. Hasilya hampir seluruhnya (90 %) responden menyatakan setuju adanya mushala di sekolah mereka. Hal ini dapat difahami bahwa terciptanya akhlak mulia bukan hanya dengan kata-kata dan contoh, tapi perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana ibadah yang memadai.
Dalam kurikulum SD yang berkompetensi, mata pelajaran agama yang diberikan, terjadi penambahan waktu dari dua jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran perminggu. Dengan penambahan tersebut diharapakan bagi Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menambah kualitas pembelajaran, diantaranya dengan pemberantasan buta hurup Al-Qur’an.
Pada Tabel 4.12 yang merupakan gambaran sikap responden dengan adanya penambahan waktu jam pelajaran dengan pemberantasan buta hurup Al-Qur’an, baik dalam proses pembelajaran maupaun di luar jam pelajaran. Hasilnya hampir seluruh responden (90 %) menyatakan senang sekali, hal ini membuktikan adanya itikad yang positif dari peserta didik dan Guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an atau membaca Iqra. Hal ini merupakan usaha yang baik dari Peranan seorang Guru dalam rangka membina dan membimbing dan membina akhlakul karimah siswa-siswinya.
Pada Tabel 4.13  yang merupakan bagian dari Peranan atau usaha Guru dalam pembentukan akhlak mulia, yaitu selalu menyuruh untuk peserta didik untuk meningkatkan dan selalu mengerjakan shalat yang lima waktu dengan berjama’ah. Hasil yang diperoleh dari responden sebagian besar (55 %) menyatakan bahwa Guru tersebut sering menyuruh mengerjakan sholat yang lima waktu dengan berjam’ah.
Selanjutnya pada Tabel 4.14 merupakan salah satu usaha Guru untuk mengetahui kegiatan keagaman (mengaji) para siswa-siswinya di rumah atau di luar sekolah. Hasil yang diperoleh adalah hampir seluruh responden (80 %) menyatakan sering mengaji di rumah, hal ini menunjukan adanya kerjasama baik anatar Guru di sekolah dengan orang tua di rumah dalam membina akhlak anak peserta didik.
Hasil dari Tabel 4.15  yang menyatakan apakah Guru agama selalu berkata lemah lembut selama pembelajaran berlangsung atau selama bergaul dengan siswa-siswinya. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa hampir seluruh responden (90 %) menyatakan bahwa Guru agama mereka berkata dengan lemah lembut, hal ini membuktikan bahwa Guru telah memberikan teladan yang baik bagi peserta didik dalam hal berbicara.
Pada Tabel 4.16 yang intinya sama dengan Tabel 4.14 tentang kegiatan keagamaan di rumah (mengikuti pengajian). Hasilnya lebih dari setengahnya (65 %) responden Gurunya sering menanyakan kegiatan pengajian di lingkungannya (kuliah subuh).
Tabel 4.17 merupakan isi pernyataan siswa, jika ia melakukan kesalahan mengakuinya atau tidak, serta menyadari itu perbuatan dosa. Hasilnya hampir seluh siswa (80 %) menyatakan ya. Artinya siswa menyadari kekeliruan dan dosa yang telah diperbuatnya.
Pada Tabel 4.18 yang intinya menanyakan peran orang tua dalam mengecek anaknya sholat yang lima waktu. Hasilnya hampir seluruh responden (80 %) menyatakan bahwa orang tuanya sering menanyakannya. Hal ini menunjukan bahwa Peranan orang tua sangat positif dalam menunjang akhlak mulia bagi putra-putrinya.
Dalam Tabel 4.19 yang menggambarkan bahwa orang tua siswa suka melaksanakan shalat yang lima waktu, sebanyak 85 % responden menyatakan bahwa orang tuanya selalu mengerjakan sholat yang lima waktu, hal ini menunjukan bahwa orang tua bukan hanya menyuruh sholat yang lima waktu, namun juga memberi contoh dengan rajin sholat yang lima waktu.
Tabel 4.20 merupakan salah satu Peranan dari seorang Guru untuk selalu berbuat baik, dan hasilnya adalah hampir seluruh responden (95 %) menyatakan ya, artinya akan dilaksanakan. Hal ini merupakan gambaran nilai positif, bahwa peserta didik sudah ada niat untuk selalu berbuat baik atau  melaksanakan akhlakul karimah.
Sehingga Peranan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut dalam membina akhlak  siswa, sangat baik dengan persentase rata-ratanya adalah 80,95 %.

d.      Faktor pendukung dan penghambat
Setiap usaha manusia, baik positif maupun negatif pasti ada faktor pendukung dan faktor penghambat terhadap usaha tersebut. Demikian juga peranan seorang Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam dalam menjalankan tugasnya.

B.     Faktor Pendukung dan Penghambat
1.      Faktor Pendukung
a.       Keuletan dan ketelatenan Guru agama yang bersangkutan
b.      Kebijakan pimpinan
c.       Kemauan keras dari para siswa-siswinya
d.      Suport (dukungan) dari orang tua siswa-siswi.
2.      Faktor Penghambat
a.       Sarana dan prasana yang tidak ada untuk menjalankan ibadah, seperti; mushola, Al-Qur’an, buku-buku, iqra.
b.      Kurangnya dukungan dari rekan-rekan Guru, baik moral maupun tauladan.
c.       Sikap siswa yang cenderung apatis dan acuh tak acuh terhadap nasihat dan himbauan Guru agama.
d.      Latar belakang siswa yang heterogen, dan tingkat sosial yang berbeda.
e.       Sikap orang tua yang acuh tak acuh dan apatis terhadap perkembangan anaknya.
f.       Dewan Sekolah yang kurang berfungsi dengan baik. Sebab keberhasilan tujuan pendidikan perlu ditunjang oleh kebersamaan semua stakeholder di sekolah.
g.      Lingkungan tempat tinggal siswa. Walaupun seorang Guru sudah berusaha dengan baik dalam mewujudkan Akhlaqul Karmah bagi siswanya, namun bila kondisi lingkungan bertolak belakang, maka hasilnya akan percuma.
h.      Media eletronik, diakui atau tidak dengan adanya globalisasi yang deras melalui media elektronik membuat siswa sukar melepaskan dari pengaruh budaya asing yang justru tidak mencerminkan akhlak yang mulia (terjadinya degradasi moral).
i.        Kemampuan ekonomi keluarga siswa yang kurang atau di bawah rata-rata. Suatu tujuan agar tercapai memerlukan dana besar atau kecil.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut berdasarkan Kurikulum KTSP 2006 yakni satu kali seminggu, setiap pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran, dengan menggunakan pendekatan pengalaman, pembiasaan, rasional dan fungsional.
2.      Gambaran akhlak  sebagai dampak dari hasil Pendidikan Agama Islam terlihat baik sekali. Adapun perwujudan akhlak meliputi akhlak kepada Allah Swt, akhlak kepada Nabi Muhammad Saw, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada orang yang lebih tua, akhlak kepada makhluk lain dan lingkungannya.
3.        Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Upaya yang dilakukan  oleh Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Sakawayana 02 Kec. Malangbong Kab. Garut dalam meningkatkan akhlaqul karimah siswa sangat baik, seperti terlihat dari prosentase hasil angket rata-rata 81,75 % yang tertuang dalam bentuk tabel, yaitu:
a.       Guru agama dalam mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat disukai dan disenangi oleh siswa-siswinya, sehingga dapat mempermudah tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam, yang diantaranya adalah meningkatkan akhlaqul karimah.
b.      Aktifitas siswa di lingkungan tempat tinggalnya, termasuk keluarga siswa sebagian besar masih memberikan dukungan terhadap kegiatan keagamaan siswa di lingkungan tempat tinggal mereka.
c.       Karakteristik guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam disenangi oleh siswa-siswinya. Hal ini menunjukan telah terwujudnya suasana sekolah dan pembelajaran yang kondusif dan islami yang dapat menunjang peningkatan akhlaqul karimah di kalangan siswa.

B.     Saran
Dalam rangka meningkatkan keberhasilan pendidikan pada umumnya dan pembinaan akhlak khususnya, maka penulis menyarankan agar:
1.       Dalam membina akhlak siswa, Guru sebaiknya memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
2.       Sebaiknya Guru, khususnya Guru agama memberikan penegasan mengenai pentingnya pengamalan ilmu yang telah dipelajari kedalam kehidupan sehari-hari.
3.      Sebaiknya Guru bidang studi lain ikut secara aktif dalam membina akhlak siswa.
4.      Sebaiknya Guru agama mengadakan hubungan yang baik dengan orang tua siswa guna memantau perkembangan siswa, baik mengenai akhlak maupun kegiatan belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA



Abdul Aziz, Drs., MA. (2004). Pedoman Penddkan Agama slam d Sekolah Umum. Jakarta: Depag RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum.

Ahmad D. Marimba, Drs. (1992). Pengantar Flsafat Penddkan Agama slam. Bandung: Al Ma’arif.

Ahmad Tafsir, Dr. (1992). Metodk Khusus Penddkan Agama slam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Arief Ahmad M.. (2004). mplementas Model Cooperatve Learnng dalam Penddkan PS d Tngkat Prasekolahan.. Jawa Barat: Suara Daerah No. 399.

BP 6 Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. (2002). Pengelolaan Kurkulum Berbass Kompetens. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Deni Kurniawan Asy’ari. (2003). novas Pembelajaran untuk Menngkatkan Motvas Belajar. Jawa Barat: Suara Daerah No. 388 dan 389.

Depag RI. (1971). Al-Qur’an dan Terjemahnya.. Surabaya: PT. Mahkota.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sstem Penddkan Nasonal 2003 (UU R No. 20 Tahun. 2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Hasan Ali, Drs., H, dkk. (1993). Penddkan Pengamalan badah. Jakarta: Dirjen Binbaga Agama Islam dan Universitas Terbuka.

I. Hanafi Ridwan, SH., Drs. (1992). Kamus Lengkap Bahasa ndonesa Populer. Surabaya: PT. Tiga Dua.

Ismail, Drs. (2003). Penngkatan Kemampuan Profesonal Guru. Jawa Barat: Suara Daerah No. 390.
Kwartir Nasional. (1999). Gerakan Pramuka (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Maftuh Ahnan. (1990). Kumpulan Mater Khutbah Jum’at. Surabaya: Anugrah.

Mansyur, Drs., H. (1992). Strateg Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Marwan Sarijo. (1999). Bunga Rampa Penddkan Agama slam.. Jakarta: Depag RI. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Moh. Nazir, Ph.D. (1988). Metode Peneltan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Muhammad Al Ghazaly. (1987). Karakter Muslm.. Bandung: Risalah.

Muwardi Sutedjo, Drs., dkk (1993). Kapta Selekta Penddkan Agama slam.. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Nasrun Rusli, Drs. H, dkk. (1993). Aqdah Akhlak . Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Ngalim Purwanto, Drs. MP. (1998). Pskolog Penddkan.. Bandung: PT. Rosda Karya.

S. Wojowarsito, Drs., Prof. (1982). Kamus Umum Lengkap nggrs – ndonesa. Bandung: Pangarang.

Udin Saripudin Winataputra, Drs., MA. (1991). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Wowo Sunaryo Kuswana. (2004). Konsep Model Pendekatan Strateg dan Metode Pembelajaran.. Bandung: Pemprof. Jabar Dinas Pendidikan UPTD Balai Pelatihan Guru.

Zakiyah Darajat, Dr. (1970). lmu Jwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Zuhairini, Dra., dkk (1992). Flsafat Penddkan slam.. Jakarta: Bumi Aksara.